Selasa, 22 Februari 2011

Cerita dibalik janjian


Firdaus menutup telepon dengan dengusan nafas panjang di bibirnya. Sore itu, ketika hendak pulang kerja, HPnya berdering. Diiringi ringtone yang tak asing didengarnya. Lagu kesayangannya, mengalun merdu teradu dengan gemuruh hujan sore itu. Lagu yang dinyanyikan oleh Ridho Rhoma, salah satu penyanyi kesayangannya menggalun pelan tapi pasti mengalahkan gemerotok hujan yang membanjiri atap seng kantornya. Sampai-sampai, seorang buyer yang sedang berkonsultasi dengan salah satu marketing, di perusahaan properti itu, tertegun takjub dengan apa yang tengah didengarnya. Suara ringtone dengan lagu Ridho Rhoma.

Firdaus, mengambil HP dari kantong kemejanya, melirik ke sekitar sambil tersenyum simpul pada buyer yang masih dengan takjub memandanginya. “Damn... kenapa tadi lupa gua silent, keluhnya. Jadi ketahukan kan kalo gua fans berat Ridho Rhoma. Lelaki itu misuh-misuh di belakang mejanya, sambil sesekali menengok ke arah buyer tadi, berharap suara ringtone tadi tidak menurunkan pesonanya.  Kemudian dengan wajah cool dia berkata, “Maaf mba... HP saya mengganggu.. silahkan diteruskan... ini ulah adik saya neh mba..., serunya seolah-olah memang begitu keadaannya. Brex, teman kantor yang mendengarnya, menimpali spontan. “Loe, emangnya punya adek Dhus , begitu komentarnya pada Firdaus. Dhus adalah panggilan gaul firdaus di lingkungan teman-temannya. Masalah asal muasal nama panggilan itu lain kali akan saya ceritakan.

Firdaus menatap tajam Brex yang dengan gaya culunnya tak bergeming dari tempat duduknya, rambutnya yang kribo bergoyang-goyang ke kiri kanan terkena kipas angin merk Panasonic yang telah usang di sebelahnya. Brex sedang asyik memainkan cube yang dari tadi di otak-atiknya tapi tak jadi-jadi juga. Tatapan tajam Firdaus tak dihiraukannya. Brex tetap pada aktivitasnya memainkan cube ditangannya sambil bersiul tak jelas iramanya, setakjelas rambutnya yang kribo amburadul. Firdaus salah tingkah, sambil bersungut-sungut dia kembali melirik mba-mba yang dari tadi memperhatikannya itu, yang diliriknya ternyata sudah asyik masyuk membicarakan luas bangunan, dan harga yang ditawarkan oleh Tika, marketing perusahaan properti tempat mereka bekerja itu. Sejurus kemudian terdengar mbak buyer berkata dengan nada setengah tinggi, “Ngga usah dipotong Mba Tika, emang Mba pikir, saya ngga bisa bayar dengan harga seperti yang Mba tawarkan?”. Tika yang tidak bermaksud menyinggung hati, sempat bingung dengan reaksi buyer tersebut. Serta merta Tika, berusaha menjelaskan dan meminta maaf pada mba buyer tadi. Selintas terlihat Tika sampai bersujud dan berguling-guling di lantai guna meminta maaf pada mba buyer.

Firdaus yang mendengarnya, jadi cekikikan, lupa dengan salah tingkahnya. “Dasar buyer aneh, biasanya orang minta potongan harga... eh dianya malah pengennya tanpa potongan... dunia memang aneh, gumamnya.”Firdaus tak menyadari bahwa ternyata dia lebih aneh dari itu semua.

HP yang tadi meraung-raung sampai kecapekan sendiri, karena merasa diabaikan oleh si empunya. Berkali HP itu mencicit tapi tak jua diangkat oleh si empunya, yang dari tadi masih sibuk memperhatikan mba buyer yang duduk di depan meja kerja Tika. Firdaus tak peduli seberapa kerasnya HP itu meraung-raung dengan ringtone Bang Ridho Rhoma yang mengalun syahdu. Ia tak sadar kalo HPnya ternyata mengganggu kenyamanan sekitar. Berkali-kali Tika meletakkan telunjuknya di depan bibir sambil monyong-monyong gitu mulutnya, meminta Firdaus untuk menghentikan konser beruntun Bang Ridho Rhoma sore itu. Brex yang sibuk dengan cubenya, meletakkan earphone ke telinganya, berusaha menghalau lagu dangdut yang masih terdengar di ruangan itu. Ia merasa butuh konsentrasi untuk menyelesaikan permainan cubenya itu. Ia membesarkan volume mp3 di telinganya, masih dengan rambut yang bergoyang-goyang tertiup kipas angin ia melantunkan lagu regae kesukaannya. Dengan mendengar lagu regea dia merasa lebih bersemangat dan konsentarasi dalam menyelesaikan cube yang digengamnya itu. Lagu regae baginya adalah lagu kebangsaannya, jenis musik yang ia gilai. Baginya dengan mendengar regae dunia terdengar lebih positif sehingga membuat dia bersemangat. Suara Bang Ridho Rhoma yang bertalu-talu tak digubrisnya lagi. Mas Koko, Office Boy kantor hanya geleng-geleng kepala, tak kaget melihat kejadian seperti itu di kantornya. Karena dia sudah paham betul karakter karyawan-karyawan di kantor tersebut. Untung jam kerja sudah menunjukkan pukul 5 sore, jadi sebagian besar karyawan sudah pulang. Tinggal Firdaus, Brex, si Tika dan Mas Koko. Coba kalo di kantor masih banyak karyawan, Firdaus bakal kena timpuk karena berisik karena hanya dia satu-satunya karyawan disana yang suka lagu dangdut.

Setelah ia tersadar bahwa HPnya ternyata masih saja bernyanyi, ia kemudian memencet tombol sekenanya di HP nexian miliknya tersebut, untuk menghentikan suara Bang Ridho Rhoma yang sudah mulai serak karena kehabisan suara. Ia memandangi layar di HPnya. Disana tertulis ‘Panggilan tak terjawab’ My Bebeb Rheina. Wajahnya sumringah melihat tulisan di layar HPnya tersebut.Mba buyer yang tadi sempat mengalihkan perhatiannya, tak lagi ia pedulikan. Rheina adalah pacar Firdaus sejak mereka di SMA dulu. Firdaus sangat menyayangi Rheina. Walaupun keisengan Firdaus  belum juga meluntur tentang cewek. Saat ada cewek bening sedikit aja, keinginanya untuk tebar pesona tak bisa dielakkan lagi. Rheina yang kadang sampai nyoyor mulutnya karena keseringan ngomel dan beradu mulut mengenai hal ini, belum juga dapat menghilangkan sifat jelek Firdaus yang satu itu.

Kembali ke cerita Firdaus. Ia terlihat mengotak-atik tuts-tuts HP nya. Ia ingin menelepon balik Rheina, pacar yang sangat ia sayangi itu. Telepon terhubung, sayup-sayup terdengar suara Ifan vokalis Seventeen menyanyikan lagu “kau jaga slalu hatimu.. saat jauh dariku.. tunggu aku kembali. Ku mencitaimu slalu… menyayangimu sampai akhir menutup mata” Tak lama kemudian dari seberang sana, terdengar suara khas Rheina yang sendu menggemaskan tapi juga kadang menyebalkan seperti saat ini neh, “Assalamualaikum....Sayang dari mana aja sih kamu? Aku hubungi kok ngga diangkat-angkat? Emang masih sibuk yah? Lha ini kan udah jam pulang kantor? Emangnya kamu kenapa kok belum pulang? Kenapa sih sayang? Emang di kantor masih ada siapa ajah? Ngga lupa kan ntar malem kita makan bareng? Mau jemput jam berapa? Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengalir tanpa ada titik komanya... Setelah Rheina berhenti karena kehabisan nafas dan megap-megap barulah Firdaus menjawab “Ngemeng apa to, sayang?”

Rheina yang megap-megap itu lalu nerocos lagi, megap-megap lagi, nerocos lagi sampai akhirnya Firdaus bilang “Sayang.. sayang .. HP nya low bat ne.. tu kan bener.. tu kan dah kedip-kedip neh.. yah gimana dong.. aku cash dulu ajah yah beb.. daaaahhh” clik. Begitu bunyi telepon itu ditutup. Kini giliran Firdaus yang megap-megap. Dia ngga bisa ikutan niruin gaya Rheina yang kalo ngomong kaya gerbong kereta api... panjang tanpa jeda.  Brex yang biasanya nggak terlalu  peduli dan ambil pusing dengan keadaan lingkungan sekitar alias autis, mau tak mau menengok ke arah Firdaus sambil nyengir kuda kemudian kembali lagi sibuk membolak-balik dan memutar-mutar cubenya. Mas Koko yang dari tadi nyapu tapi ngga selesai-selesai itu, menghampiri Firdaus sambil menyerahkan air mineral galon, “Minum Bang Dhus”, katanya tanpa berdosa dengan logat jawanya yang kental. Hihihi memang orang-orang di kantor ini aneh-aneh bin ajaib. Tapi justru karena itulah suasana kantor ini begitu penuh keceriaan dan inspirasi juga terasa adanya kedekatan diantara karyawannya, mereka merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Terbukti selama Firdaus bekerja tak ada karyawan yang cek-cok. Cek-cok yang biasa ada adalah ketika mereka rebutan makanan gratisan atau semacamnya gitu lah.. Maklum lah... kebanyakan dari mereka adalah anak kos, anak rantau di Jakarta, jadi yang begitu-begitu adalah hal yang mereka nanti-nantikan dan tidak boleh terlewatkan.

Setelah nafasnya tertata dia kembali melihat HPnya. Tak beberapa lama kemudian dia sibuk dengan pesan singkat yang ditulisnya
Text :
Beb, maaf ya tadi aku matiin. Habisnya kamu ngomong ngga berhenti-berhenti sih... kebiasaan deh kamu Beb. Mana pake megap-megap lagi.. bau Beb nafasnya..sampe sini loh (hehe). Maaf Beb, kerjaanku baru aja selese, ini aku baru mau siap-siap pulang, nunggu hujan reda juga soalnya. Ntar kita jadi dong makan malam berdua. Aku jemput jam 7 malam ya sayang... Miss U. Mmuaaah

Send to : 0819 1475 XXX

Kemudian dia tekan yes/Ok. Beberapa saat kemudian HP bergetar, ada laporan terkirim dari HPnya yang berbunyi “lapor, sms sudah terkirim.. laporan selesai”. Si Firdaus kemudian mengangkat tangannya, jari-jarinya ia letakkan di pelipis... dengan lantang ia berkata “Laporan diterima!” Kali ini mba buyer yang melihat aksi itu, tiba-tiba mohon pamit pulang sama Mba Tika... ia takut kalo kelamaan di kantor itu, bisa ikut ngga waras kaya Firdaus. Yang dianggap nggak waras, malah melirik klien tersebut sambil dipasangnya senyum yang menurutnya paling mempesona. Mba  buyer yang diberi senyum, bukannya terpesona, malah ngacir kabur dari kantor sambil membawa pikiran tentang apa yang baru saja dilihatnya “ Sayang ya... ganteng-ganteng tapi ngga waras.. kok bisa ya kantor itu menerima karyawan seperti itu,  digaji berapa lagi tuh orang? Begitu ia komat-kamit sambil tetap ngacir keluar dari kantor di Jalan salemba 4 itu.

Si Tika yang ditinggal buyernya, bukannya sedih malah berlari menghampiri Firdaus sambil senyum-senyum ngga jelas gitu. Mengeluarkan uang 20 rb rupiah kemudian ditaruhnya di meja Firdaus. Yang dikasih uang, langsung aja nyamber tuh uang, walau dia juga bingung si Tika ngasih uang dalam rangka apaan. Tapi dalam batinnya dia girang bukan kepalang, karena uangnya bisa buat tambah-tambah nge-date sama si Rheina, maklum akhir bulan dompet semakin menipis. Si Tika yang masih berdiri di depan meja Firdaus bilang gini “Bang Dhus makasih banyak ya, tadi akting kaya orang gilanya bagus banget... natural, alami gitu. Berkat Bang Dhus, mba buyernya kan jadi cepet-cepet pulang.. saya udah capek banget soalnya Bang. Mbanya itu, udah saya jelasin, sampai mulut saya berbusa, masih juga ngga paham.. ngeyelnya minta ampyun deh.” Si Tika berkata sambil cengar-cengir, mengucapkan terima kasih sama Firdaus. Yang diterima kasihin dari tadi manggut-manggut, tapi sebenernya dia ngga paham dengan apa yang si Tika bicarakan, dalam otaknya cuma ada satu kata “yang penting dapat uang 20 rb” bisa buat tambahan nge-date sama si Rheina. Si Firdaus tetep aja manggut-manggut ketika Tika beringsut dari mejanya, ia berlagak paham betul dengan apa yang tadi Tika bicarakan.

Setelah memasukkan uang 20 rb ke dompetnya yang tebal karena banyaknya kartu nama dan kuitansi/bukti pembayaran. Firdaus mengambil jaket dari sandaran kursinya, memakainya lalu mengambil kunci motor dari dalam tasnya, memakai helm dan kemudian dia berteriak “Beb tunggu aku...Ku akan datang”.... (sambil sok niruin suara Andra, vokalis Andra and d’backbone. Yang terdengar jadinya malah suara parau tanpa rasa dan irama alias sumbang pol-polan). Firdaus melangkah keluar kantor, diiringi gelengan kepala Mas Koko, Tika dan Brex. Hujan diluar kantor sudah reda berganti dengan kemuningnya senja di ufuk barat yang temaram dan tentram, setentram dan seriang hati Firdaus menanti janji makan malam bersama dengan kekasih hatinya, Rheinaya Argista. Padahal kebiasaan mereka makan malam berdua, bukanlah hal asing. Hampir tiap malam kalau nggak hujan, atau kalo ngga kecapekan dan kalo ada duit pastinya (untuk beli bensin), mereka menyempatkan makan malam berdua. Walau mereka sudah berpacaran sejak SMA dulu, tapi kemesraan dan kebersamaan diantara keduanya selalu berusaha mereka jaga. 

Seperti yang terlihat sore itu, Firdaus melangkah perlahan ke arah motornya di parkiran. Masih dengan senyumnya yang mengembang di balik helm dan hati yang riang saat ia ambil ponselnya yang bergetar. Ternyata ada sms masuk dari Rheina. Disana tertulis : OK beb, mimi tunggu yah. Luv U. Singkat pesan dari Rheina. Tapi entah mengapa setiap ada telepon/sms dari Rheina (walaupun bisa dibilang sehari ada 50 kali juga), Firdaus selalu merasa mengembang hatinya. Ia segera menstater motornya, mengacungkan jempolnya pada Satpam sore itu lalu memacu motornya dengan lincah berharap segera sampai kekosan, kemudian mandi, sholat, siap-siap dan segera bertandang menjemput Rheina untuk makan malam. Tak sabar Firdaus menanti waktu nanti malam.... “Rheina, I’m coming, ..., teriaknya menantang angin sore jalanan kota Jakarta.

Perempuan Berwajah Sendu dan Laki-laki Keras Kepala


Rabbi..
Sebenar-benarnya aku tak menyangkali nikmat dariMu
Benar-benar, aku tau kuasaMu, Rabb
Dzat penggenggam alam semesta
Dzat Maha Berkehendak atas segala sesuatu

Aku pun tak bisa pungkiri semua atasMu, Rabbku
Bahkah hidup&matiku ada di tanganMu
Jadi sangat mudah bagiMu berkehendak atas aku
Seorang makhluk hina dan papa
Seorang perempuan yang sedang terpuruk
Tersungkur dalam gersangnya hati
Dan dunia yang serasa tak menyapanya ramah, kini
Tak menyambutnya dengan tangan terbuka dan penuh senyum

Kenyataannya, dunia yang berisi berjuta-juta milyar penduduk ini
Tak memberinya ruang, senyumnya yang getir manis
Selalu diumbarnya untuk menapaki hari demi hari
Dengan harapan atas sesuatu yang tak jua kunjung datang padanya

Apakah ia meminta, dijadikan seorang yang kaya raya?
Atau paling tidak mempunyai orang tua yang kaya
Sehingga tiap hari, ia dapat makan dimana pun ia mau,
Dapat membeli pakaian, sepatu, asesoris tiap bulannya
Atau bisa membeli produk kecantikan seperti yang perempuan2 lain lakukan
Untuk merias diri, memperbaiki penampilan, mengikuti mode??
Dan bisa hang out, begitu kebanyakan orang bilang... di setiap penghujung minggu?

Apakah ia meminta, diberikan pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan
Dengan seragam mentereng, bekerja di kantor betingkat
Yang memberinya fasilitas mewah
Mempunyai kartu kredit, yang dapat digesek sesuka hatinya?

Atau dia menginginkan menjadi seorang yang cantik jelita
Supaya semua laki-laki terpesona padanya
Memakai gaun yang indah dan seksi
Yang senantiasa baru dan up to date?

Ataukah dia mengingkan seorang laki-laki
Yang kelak menjadi suaminya adalah laki-laki yang sempurna
Dengan ketampanan yang luar biasa, berhidung mancung, berkulit putih
Berperawakan tinggi besar, mempunyai pekerjaan yang mapan, berasal dari keluarga kaya
Laki-laki yang dapat memberinya apa pun yang ia inginkan
Laki-laki yang digilai banyak wanita karena pangkat, jabatan, fisik, materi dan semua yang ada padanya?

Rabb... apakah perempuan berparas sendu itu
Menginginkan semua itu?

Tidak Tuhanku...
Bukan..bukan semua itu yang diinginkannya

Tanpa aku katakan
Engkau pasti tau, Rabb...
Apa yang ada di balik hati perempuan berparas sendu itu
 yang sudah terlanjur koyak karena terpaan badai
Air matanya pelan mengalir
Bukan karena meratapi nasibnya
Tapi, ia menangis karena belum dapat membahagiakan kedua orang tuanya
Yang kini mulai menua karena usia
Menangis karena belum dapat memberikan yang terbaik sesuai keinginan mereka
Menagis karena setiap pulang ke rumah, bukan ia yang berkata “Ini Pak, Bu, sedikit uang untuk sekedar  beli gula dan kopi kesukaan Bapak?”
Tapi yang terdengar adalah suara Bapak yang berkata“Masih ada sangunya ngga?”
Ia juga menanagis karena kedua orang yang membesarkannya, belum dapat  ia sentuh hatinya
Belum dapat yakinkan mereka atas pilihan hidup yang sedang dan akan ia pilih nantinya
Pilihan yang ia yakini benar, dapat membahagiakannya
Hati perempuan itu teriris, tergerus oleh kesedihan akan ini
Kedua orang yang ia hormati benar, belum dapat menangkap sinyal kebahagian atas pilihan putrinya tersebut
Ia menangis dalam keluhnya yang sepi, di malam ketika matanya hendak terpejam
tanpa diketahui oleh jangkrik-jangkrik sawah dan cahaya bintang gemintang yang riuh sesak di angkasa

Perempuan itu tidak ingin yang muluk-muluk, Tuhanku
Bukan orang tua kaya atau ingin menjadi orang kaya
Tapi ia hanya ingin menjadi seseorang yang berkecukupan
Palinhg tidak untuk kehidupannya sendiri
Ia juga tidak silau dengan keinginan untuk membeli ini-itu
Bukan karena semata ia tidak mempunyai uang cukup berlebih
Tapi, dia adalah perempuan yang cukup pandai mengelola emosi dan keuangannya
Ia cukup bahagia dengan apa yang ia punya
Pakaian yang sederhana dan pantas
Dapat makan dengan lahap walau hanya dengan sambal dan hijaunya sayur sawah segar
Ia sudah merasa cukup dengan itu semua
Dan tahukah Engkau, Tuhanku...
Perempuan berparas sendu itu, pernah juga kehabisan uang ketika itu
Uang hanya tinggal beberapa puluh ribu, tapi bulan baru berjalan dua pertiganya
Kadang ia berpuasa, untuk menghemat pengeluaran
Walau dia juga pernah merasakan, bagaimana hidup dalam kondisi yang serba lebih
Tapi itu tidak membuatnya arogan... Ia  tetap dengan kesederhanaannya

Ia hanya berharap dapat hidup mandiri
Mengingat usianya yang menanjak menuju seperempat abad
Ia hanya ingin mempunyai penghasilan yang cukup
Yang cukup untuk menghidupi dirinya
Dan keluarganya kelak
Syukur-syukur ada kelebihan rejeki yang dapat sedikit ia tabung
Ia tidak merasa gengsi bekerja mulai dari nol
Tidak menginkan jabatan yang dibilang “wah”
Bahkan menjadi seorang pedagang dengan gelar sarjana yang dipunyainya, tak membuatnya malu
Menurutnya ...gelar hanyalah sampiran,
Ia hanya ingin dapat mandiri, Rabb...

Tuhanku...
Sekarang... saat semuanya kembali ke titik krisis karirnya
Ia hanya mohon kepadaMu, Rabb...
Tunjukkan jalan baginya agar ia mendapat penghasilan yang barokah dan terbaik
Untuk dirinya dan masa depannya

Rabb...
Apakah dia ingin menjadi perempuan yang cantik?
Ia tidak memungkirinya, Tuhan...
Ia ingin terlihat cantik
Bukan karena ingin dipuja oleh banyak pria
Tapi ia ingin agar kecantikan lahir dapat menambah kualitas dirinya
Ia ingin cantik tapi kecantikan yang diperuntukan suaminya kelak, Rabb
Ia ingin membahagiakan suaminya, baik secara batin maupun lahir
Wajah yang tidak secemerlang gadis-gadis sampul itu, Rabb..
Membekas di senyumnya yang lusuh
Tapi ia berusaha untuk slalu bersyukur  dengan apa yang ada di dirinya
Walau setiap kali melihat perempuan lain yang dengan moleknya berdandan dengan wajah yang bersih mulus, dengan polesan yang aduhai...
Tak ia pungkiri, rasa iri itu muncul di benaknya
Melihat perempuan-perempuan yang dapat dengan mudahnya mengeluarkan berlembar-lembar uang ratusan rupiah untuk perawatan diri, untuk memanjakan diri mereka
Kadang ia merasa sangat cemburu dengan perempuan-perempuan itu, Rabb
Tapi ia berusaha untuk tetap dewasa menyikapi ini semua
Ia dengan diamnya, berusaha menata emosinya, menata hatinya
Dengan kata syukur yang tak ingin ia padamkan dari hatinya

Apa yang membuat dia begitu kuat dalam melangkah
Apa yang membuat ia begitu tenang menjalani kehidupan
Apa yang membuat ia kembali tersenyum saat air mata berdesakkan ingin berhampuran, Rabb?

Semua itu tak lepas dari bayangan seorang laki-laki keras kepala tapi begitu lembut hatinya
Seorang laki-laki yang telah membuat hari-harinya berwarna dan berisikan lagu-lagu cinta
Seorang laki-laki yang dapat membuat ia merasa terlindungi
Seorang laki-laki yang menjadi orang paling berharga dalam hidupnya
Seorang laki-laki itu yang selalu ada disampingnya, ketika ia butuh sandaran
Seorang laki-laki itu yang pasti ada di belakangnya ketika ia butuh dorongan
Seorang laki-laki itu yang tanpa disadarinya adalah orang yang telah banyak berkorban untuknya
Laki-laki itu adalah orang paling istimewa bagi perempuan berwajah sendu
Laki-laki itu adalah orang yang diharapkannya kelak menjadi orang yang menemaninya menjalani waktu hingga senja
Orang yang diharapkannya menjadi bapak untuk anak-anaknya
Orang yang diharapkannya berbagi dalam setiap jengkal kehidupannya kelak
Orang yang diharapkannya bukan sekedar untuk berbagi rasa tapi berbagi hidup untuk selama-lamanya, selama waktu yang diberikan olehNya


Laki-laki itu...
Sungguh bukan seorang yang sempurna
Tapi justru dari ketidaksempurnaannya itu, ia menjadi begitu istimewa
Di hati perempuan berwajah sendu
Laki-laki itu memberikan cerita tersendiri bagi perempuan berwajah sendu
Ada tangis dalam cerita mereka
Ada tawa dan kemesraan yang selalu terjaga bertahun selama mereka bersama
Ada ketidakpercayaan bahkan kebencian yang terkadang menyelinap
Dan membuat ketidaknyamanan yang berarti
Ada kesalahpahaman
Dan kadang ada ketidakmengertian satu sama lain
Semua itu terangkum dalam satu cerita “perempuan berwajah sendu dan laki-laki keras kepala”
Cerita itu mengharu-biru
Namun cerita itu membawa kedewasaan pada keduanya
Cerita itu membuat mereka dapat berpikir dan bertindak secara lebih matang
Cerita yang tak hanya berisi kegembiraan itu
Membuat mereka lebih dapat menghargai apa artinya “kepercayaan dan cinta”itu sendiri
Cerita itu bagi mereka adalah guru yang mengajarkan banyak hal
Cerita yang akan membawa langkah perempuan berwajah sendu dan laki-laki keras kepala
Menjadi lebih tegap dan tegar menghadapi rintik yang akan dan selalu ada di depan mereka

Namun yang pasti...
Rasa yang ada pada perempuan berwajah sendu, adalah yang sebenarnya ada
Bukan..bukan karena ketampanan, harta kekayaan, gelar, jabatan atau apa yang sejenisnya
Ia memilih laki-laki keras kepala itu menjadi orang yang sangat istimewa baginya

Paras, harta kekayaan, gelar, jabatan...
Itu semua bisa hilang tergantikan waktu
Namun hati yang tulus dalam menjaga, kesungguhan dalam menjalani kebersamaan
Dan keyakinan untuk melangkah bersama baik dalam getir atau pun bahagia
Itulah yang terpenting
Tak peduli sebagaimana belum menguntungkannya kondisi saat ini
Perempuan berwajah sendu itu tak mempermasalahkannya
Bahkan ia ingin meyakinkan ke semuanya, bahwa mereka bisa
Mereka sanggup menghadapi semua rintangan di depan mereka
Karena perempuan berwajah sendu  yakin pada laki-laki keras kepala yang sudah lama dikenalnya itu

Rabbi...
Tunjukkan jalanMu pada perempuan berwajah sendu dan laki-laki keras kepala itu
Berikan titik terang pada doa-doa perempuan berwajah sendu itu
Tenangkanlah hati laki-laki keras kepala jika ia merasa gundah akan beberapa hal, diluar kemampuan logika manusianya
Jadikan cerita “wanita berwajah sendu dan laki-laki keras kepala” itu mendapat ending yang terbaik, Tuhanku
Hanya Engkaulah Dzat yang Maha Mengetahui apa- apa yang tidak kami ketahui
Amin...